SEJARAH PEMIKIRAN PARA INKAR SUNNAH
A.
Pendahuluan
Hadis merupakan sumber hukum kedua dalam penetapan
hukum Islam dan merupakan penjelas bagi sumber hukum pertama yaitu Alquran.
Akan tetapi ada beberapa kalangan yang menolak dan tidak meyakini hadis atau
sunnah sebagai sumber humuk kedua, dan bahkan menolak menolak sunnah sebagai
sabagai sember hukum dalam Islam, diantaranya adalah yang menamakan dirinya
dengan sebutan Inkarussunnah.
Diantara
berbagai bid’ah yang ada didalam Islam atau menisbatkan dirinya kepada Islam
adalah bid’ah paham inkarussunnah. Ini adalah satu bid’ah klasik yang sesat
lagi menyesatkan. Paham ini mulai muncul pada abad kedua hijriyah. Mereka
hendak mengganti syri’at Allah dengan syari’at hawa nafsu yang menapikan Sunnah
Rasullah Shallallohu Alaihi wa Sallam dan menafikan ekstensi sahabat.
Berdasarkan pemahaman para inkarussunnah yang
menolak sunnah sebagai sumber Islam kedua, perlu suatu pengkajian dan
antisipasi agar umat mengatahui, dan tidak terjerumus kepada ajaran bid’ah yang
sesat lgi menyesatkan ini.
Didalam
makalah ini akan dipaparkan mengenai pengertian dari inkarussunnah, latar
belakang munculnya inkarusunnah, dan sumber pemikiran inkarussunnah.
B.
Pengertian Inkar Sunnah
Inkar Sunnah berasal dari bahasa arab yang berarti menolak hadis Nabi saw. Yaitu mereka adalah
orang-orang yang mengaku beriman kepada Alquran (dimulutnya) namun tidak
beriman kepada Sunnah; orang-orang yang mengaku mencintai Alquran tetapi tidak
tahu bagaimana cara mengaflikasikan kecintaannya kepada Alquran, orang-orang
yang mengaku sebagai ahlul Quran tetapi sejatinya mereka justru mengingkari
Alquran itu sendri.[1]
Inkar Sunnah sudah ada sejak abad kedua
Hijriah, tetapi mereka tidak tidak
pernah menerima penamaan ini bagi diri mereka. Mereka menyebut diri
mereka dengan Ahlul Quran, orang Quran dan Jamaah Islam Qurani. Inkar Sunnah
ada dua macam, yang menolak seluruh sunnah dan ada juga yang menolak
sebagiannya saja. Karena itu Imam ass-Syafii sempat berdialok dengan mereka
dizamannya, bahkan sebelum ass-Syafii juga telah muncul orang-orang menolak
sebagian sunnah yaitu dari sebagian Khawarij dan Syiah.[2]
Di zaman modern, kelompok Inkar Sunnah muncul dibeberapa belahan
Dunia Islam, seperti di Mesir, India, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia
kelompok ini menyebut diri mereka dengan sebutan “Orang Quran”. Di antara tempat pusat kajian
mereka adalah Masjid Al-Burhan dan Langgar Menara Air di Jakarta.[3]
C.
Latar Belakang Munculnya Inkar Sunnah
Selain berbagai ajaran dan pemahaman yang membuat para iknar sunnah
hanya mau beriman kepada Alquran, dan menerima Alquran saja sebagai
satu-satunya kitab sumber syariat, mereka juga mempunyai alasan kenapa menolak
Sunnah Rasullah saw, meskipun pengakuan mereka sebetulnya yang mereka tolak adalah
hadis-hadis yang di nisbatkan kepada Nabi, sebab hadis-hadis tersebut- menurut
mereka-merupakan perkataan yang dikarang oleh orang-orang setelah Nabi. Dengan
kata lain ; hadis-hadis itu adalah bautan manusia.
Setidaknya ada Sembilan alasan kenapa mereka menolak hadis-hadis
Nabi, yaitu :
1.
Yang
dijamin Allah hanya Alquran, bukan Sunnah
2.
Nabi
sendiri melarang penulisan Hadis
3.
Hadis
baru dibukukan pada abad kedua hijriyah.
4.
Banyak
pertentangan antara hadis satu dengan hadis yang lain
5.
Hadis
adalah buatan manusia.
6.
Hadis
bertentangan dengan Alquran.
7.
Hadis
merupakan saduran dari umat lain.
8.
Hadis
membuat umat terpecah-belah
9.
Hadis
membuat umat Islam mundur dan terbelakang.[4]
D.
Sejarah Inkar Sunnah
Sejarah
perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi dua masa, yaitu masa klasik dan masa
modern, diantaranya sebagai berikut:
- Ingkar Sunnah Klasik
Ingkar
Sunnah klasik terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang menolak
kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukkum Islam baik muttawatir
atau ahad.
Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir As-Sunnah (pembela Sunah)
pernah didatangi oleh seseorang yang disebut sebagai ahli tentang mazhab
teman-temannya yang menolak seluruh sunnah, baik muttawatir maupun ahad.
Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan Asy-Syafi’i secara panjang lebar
dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua argumentasi yang
dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i dengan jawaban yang
argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga akhirnya ia mengakui dan menerima
sunnah Nabi.[5]
Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah
berkesimpulan bahwa ada tiga kelompok pengingkar sunah yang berhadapan denga
Asy-Syafi’i, yaitu sebagai berikut:
- Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui Alquran saja yang dapat dijadikan hujjah.
- Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.
- Hanya menerima sunnah muttawatir seja dan menolak selain muttawatir yakni sunnah ahad.[6]
Kesimpulannya, ingkar sunnah klasik diawali
akibat konflik internal umat Islam yang dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik
yang berkedok pada sekte-sekte dalam Islam, kemudian diikuti oleh para
pendukungnya, dengan cara saling mencari para sahabat dan melemparkan hadis
palsu. Penolakan sunnah secara keseluruhan bukan karakteristik umat Islam.
Semua umat Islam menerima kehujjahan sunnah. Namun, mereka berbeda dalam
memberikan kriteria peresyaratan kualitas sunnah. Ingkar sunnah klasik hanya
terdapat di Bahrah Irak karena ketidaktahuannya tentang kedudukan sunnah dalam
syari’ah Islam, tetapi setelah diberikan penjelasan akhirnya menerima
kehujahannya.[7]
- Ingkar Sunnah Modern
Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar
Sunnah Klasik lahir di Irak (kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas
kembali pada abad modern di India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah
hilang dari peredarannya kurang lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah di
Mesir (pada abad 20 M).
Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah
modern ini ialah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal
abad 19 M di dunia Islam, terutama di India setelah terjadinya pemberontakan
melawan kolonial Inggris 1857 M. Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial
untuk perdangkalan ilmu agama dan umum, penyimpangan aqidah melalui
pimpinan-pimpinan umat Islam dan tergiurnya mereka terhadap teori-teori Barat
untuk memberikan interpretasi hakekat Islam. Seperti yang dilakukan oleh
Ciragih Ali, Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh lain yang
menghindari hadis-hadis jihad dengan pedang, dengan cara mencela-cela hadis
tersebut. Di samping ada usaha dari pihak umat Islam menyatukan berbagai Mazhab
hukum Islam, Syafi’i, Hanbali, Hanafi, dan Maliki ke dalam satu bendera yaitu
Islam, akan tetapi pengetahuan keislaman mereka kurang mendalam.
- Pokok-Pokok Ajaran Ingkar Sunnah
Di antara ajaran-ajaran pokoknya adalah sebagai
berikut:
- Tidak percaya kepada semua hadis Rasulullah. Menurut mereka hadis itu karangan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
- Dasar hukum Islam hanya Alquran saja.
- Syahadat mereka; Isyhadu bi anna muslimin.
- Shalat mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat – dua rakaat dan ada hanya elling saja (ingat).
- Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalu seorang saja yang melihat bulan, maka dialah yang wajib berpuasa.
- Haji boleh dilakukan selama 4 bulan haram yaitu Muharram Rajab, Zulqai’dah, dan Zulhijjah.
- Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu, waktu mengerjakan haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta memakai jas/dasi.
- Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.
- Nabi Muhammad tidal berhak menjelaskan tentang ajaran Alquran (kandungan isi Alquran).
- Orang yang meninggal dunia tidak dishalati karena tidak ada perintah Alquran.
Demikian di antara ajaran pokok ingkar sunnah
yang intinya menolak ajaran sunnah yang dibawa Rasulullah dan hanya menerima
Alquran saja secara terpotong-potong.[8]
C. Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap
Ingkarussunnah
- 1. Argumentasi Ingkarussunnah
a) Agama Bersifat
Konkret dan Pasti
Mereka berpendapat bahwa agama harus
dilandaskan pada suatu hal yang pasti. Apabila kita mengambil dan memakai
Sunnah, berarti landasan agama itu tidak pasti. Sementara apabila agama Islam
itu bersumber dari hadis –khususnya hadis Ahad- bersifat dhanni
(dugaan yang kuat), dan tidak sampai pada peringkat pasti. Karena itu, apabila
agama Islam berlandaskan hadis di samping Al-Quran Islam akan bersifat
ketidakpastian.[9]
b) Al-Quran Sudah
Lengkap
Dalam syari’at Islam, tidak ada dallil lain,
kecuali Al-Quran. Jika kita berpendapat Al-Quran masih memerlukan penjelasan
berarti kita secara tegas mendustakan Al-Quran dan kedudukan Al-Quran yang
membahas segala hal secara tuntas. Oleh karena itu, dalam syari’at Allah tidak
mungkin diambil pegangan lain, kecuali Al-Quran. Argumen ini dipakai oleh
Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.[10]
c) Al-Quran
Tidak Memerlukan Penjelas
Al-Quran tidak memerlukan penjelasan, justru
sebaliknya Al-Quran merupakan penjelasan terhadap segala hal. Allah berfirman:
Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri (Q.S. An-Nahl [16]: 89)
Dan Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab
(Al-Quran) kepadamu dengan terperinci. (Q.S. Al-An’am [6]: 114)
Ayat-ayat ini dipakai dalil oleh para pengingat
Sunnah, baik dulu maupun kini. Mereka menganggap Al-Quran sudah cukup karena
memberikan penjelasan terhadap segala masalah. Mereka adalah orang-p\orang yang
menolak hadis secara keseluruhan, seperti Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.[11]
2. Bantahan Ulama
Abd Allah bin Mas’ud berpendapat bahwa orang
yang menghindari sunnah tidak termasuk orang beriman
bahkan dia orang kafir. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW. Yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai berikut:
“Jika kamu bersembahyang di rumah-rumah kamu
dan kamu tinggalkan masjid-masjid kamu, berarti kamu meninggalkan sunnah
Nabimu, dan berarti kamu kufur.” (H.R. Abu Dawud :91).
Allah SWT telah menetapkan untuk mentaati Rsul,
dan tidak ada alasan dari siapa pun untuk menentang perintah yang diketahui
bearsal dari Rasul. Allah telah membuat semua manusia (beriman) merasa butuh
kepadanya dalam segala persoalan agama dan memberikan bukti bahwa sunnah
menjelaskan setiap makna dari kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah dalam
kitabnya. Sunnah Rasul mempunyai tugas yang amat besar, yakni untuk memberikan
pemahaman tentang Kitabullah, baik dari segi ayat
maupun hukumnya. Orang yang ingin mempedalam pemahaman Al-Quran, ia harus
mengetahui hal-hal yang ada dalam sunnah , baik dalam maknanya,
penafsiran bentuknya, maupun dalam pelaksanaan hukum-hukumnya. Contoh yang
paling baik dalam hal ini adalah masalah ibadah shalat.
Tegasnya setiap agian Sunnah Rasul
SAW. Berfungsi menerangkan semua petunjuk maupun perintah yang difirmankan
Allah di dalam Al-Quran. Siapa saja yang bersedia menerima apa yang ditetapkan
Al-Quran dengan sendirinya harus pula menrima petunjuk-petunjuk Rasul dalam
Sunnahnya. Allah sendiri telah memerintahkan untuk selalu taat dan setia kepada
keputusan Rasul. Barang siapa tunduk kepada Rasul berarti tunduk kepada Allah,
karena Allah jugalah yang menyuruh untuk tunduk kepadaNya. Menerima perintah
Allah dan Rasul sama nilainya, keduanya berpangkal kepada sumber yang sama
(yaitu Allah SWT). Dengan demikian, jelaslah bahwa menolak atau mengingkari sunnah
sama saja dengan menolak ketentuan-ketentuan Al-Quran, karena Al-Quran sendiri
yang memerintahkan untuk menerima dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.[12]
E.
Sumber Pemikiran Para Inkar Sunnah
Pada
dasarnya, pokok-pokok ajaran dan pemahaman serta pemikiran mereka adalah anti
Sunnah Rasullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Segala yang menabrak dan
bertentangan dengan Sunnah, itulah paham mereka. Mereka mengakui Alquran dan
tidak mengakui Sunnah. Bagi mereka, Sunnah adalah bid’ah yang diada-adakan oleh
manusia yang tidak perlu diikuti.
Beberapa ajaran pokok Inkarussannah yang liberal sesat yaitu :
1.
Dasar
ajaran Islam hanyalah Alquran karena Alquran sudah lengkap dan sempurna.
2.
Tidak
percaya dan menolak seluruh hadis Nabi Saw.
3.
Nabi
Muhammad tidak berhak untuk memberikan penjelasan apa pun tentang Alquran
4.
Pakaian
ihram boleh dengan celan, baju, jas, dan dasi
5.
Orang
yang meninggal tidak wajib dishalatkan karena tidak ada perintah didalam
Alquran.
6.
Anggota
pengajian-pengajian inkarussunnah dijakarta melaksanakan semua shalat dua-dua
rakaat tanpa azan dan iqamah.[13]
Diantara
Sumber pemikiran para inkar sunnah dengan sebagaian besar ajaran dan pemahaman
dan dengan menggunakan bahasa mereka selain yang diatas, ,[14] adalah :
1.
Alquan
adalah satu-satunya kitab pegangan
Menurut
mereka, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mungkin
menambah-nambahi apa yang diturunkan Allah kepadanya. Nabi sediri hanya
bersandar dan berpegang kepada Alquran Al-Karim. Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman
:
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ
لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا
“Dan
bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak
ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. dan kamu tidak akan
dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya” ( Al-Kahfi : 27 )
Menurut
mereka, dalam ayat ini jelas disebutkan, bahwa Nabi diperintah oleh Allah untuk hanya membacakan Alquran
saja kepada manusia. Tidak membacakan yang lain. Oleh karena itu, sebagai
seorang mukmin, kita harus cukup dengan membaca Alquran saja sebagai kitab
pegangan. Sebab, memang hanya Alquranlah yang diturunkan Allah kepada RasulNya.
Allah berfirman :
أَوَلَمْ
يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“ Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya kami Telah
menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi
orang-orang yang beriman.” ( Al-Ankabut : 51 )
Jadi menurut mereka, Sunnah Nabi yang terdapat dalam berbagai
kitab-kitab hadis tidak perlu bahkan tidak bisa dijadikan sebagai pegangan. Sebab,
Allah sendirilah yang menyatakan dan menyuruh agar kita hanya menjadikan
Alquran saja sebagai pegangan, tanpa disertai dengan yang lain.
2.
Alquran adalah kebenaran yang pasti dan selain Alquran
adalah sangkaan belaka
3.
Yang dimaksud dengan hadis adalah Alquran, bukan yang
lain
4.
Wahyu tertulis yang disampaikan kepada Nabi adalah
Alquran
5.
Tidak ada yang sama seperti Alquran
6.
Alquran tidak perlu penjelasan selain Alquran
7.
Alquran sudah lengkap, terperinci, dan menjelaskan
8.
Alquran adalah Adz-Dzikir yang diturunkan kepada
Nabi
9.
Alquran sudah sempurna dan komprehensif
10. Alquran adalah ajaran yang lurus ( Shirath mustaqim ). Dan selain
Alquran keluar dari jalan yang lurus.
11. Alquran adalah hikmah
12. Sunnah Rasul adalah Alquran saja
13. Rasul hanya diperintahkan untuk menyampaikan Alquran saja
14. Rasul memperingatkan dan memberi kabar gembira dengan Alquran
15. Kita diperintahkan untuk mengikuti Alquran saja dan dilarang
mengikuti yang lain .
Didalam Alquran, Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan tegas memrintahkan kita agar hanya mengikuti Alquran saja,
dan melarang kita mengikuti selain Alquran. Allah berfirman didalam Surah
al-‘Araf ayat : 3 :
اتَّبِعُوا
مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ
أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
“ Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah
kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya)”.
Ayat diatas sangat
jelas, bahwa Allah menyuruh kita untuk mengikuti Alquran saja, dan melarang
kita megikuti selain Alquran.
Yang dimaksud
pemimpin-pemimpin didalan ayat ini adalah ajaran-ajaran yang dibuat oleh
orang-orang yang dianggap sebagai pemimpin oleh kaum mukminin. Padahal
sejatinya mereka bukanlah pemimpin, dan ajaran yang mereka buat hanyalah untuk
menyaingi Alquran adalah suatu yang diada-adakan. Sebab, Nabi sendiri
mengatakan bahwa beliau hanya mengikuti apa yang diwahyukan oleh Allah kepada
Beliau yang tidak lain Alquran.[15]
16. Tidak ada rukun Iman dan Islam
Menurut mereka tidak ada
rukun Iman dan Islam didalam agama Islam. Sebab, tidak dalili Alquran yang
menyebutkannya.
17. Bunyi syahadat adalah “Isyahdu bi annana muslimun “
Dalil mereka adalah firmah Allah subhanahu wa
Ta’ala, didalam surah Ali Imaran : 64.
فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“ Maka katakanlah, Saksikan oleh kalian bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”.
18. Tidak ada tata cara khusus dalam shalat
Tata cara sahalat mereka
tidak sama dengan kita, karena didalam Alquran tidak ada tuntunannya. Jadi
mereke shalat dengan ijtihat sesaat mereka sendiri, bahkan mereka juga tidak
membatasi rakaat shalat tertentu. Karena Allah tidak pernah membatasi dan menyuruh
hambaNya dengan jumlah rakaat ini.[16]
19.
Shalat tiga kali sehari
Para inkarussunnah
shalat sehari semalam hanya tiga kali, tidak lima kali, karena menurut mereka
shalat lima kali sehari semalam syariat buatan manusia, dan syariat Allah hanya
tiga kali dengan berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Isra’ :
78 :
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ
وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ
كَانَ
مَشْهُودًا
“ Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir
sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat”).
Jadi (waktu) shalat
mereka yang tiga kali sehari semala, yaitu :
1.
Sesudah matahari tergelincir
2.
Ketika malam sudah gelap
Assalam,,,
BalasHapusapakah artikel ini ada kelanjutannya,, sspeetinya adayg terputus.
mohon untuk diposting kembali yang lengkap dengan rujukannya. ini bagus untuk menambah wawasan tentang tema inkarusunnah.
jazakallah ahsananl jaza'
Thanks,,,, belum tak baca....tapi lumayan lah, buat wacana.. :)
BalasHapusBerbagilah terus tentang ilmu Islam. yang penting benar dan ikhlas, insyaalloh mashlahah.
BalasHapus