Senin, 19 Maret 2012

SEJARAH PEMIKIRAN INKARUSSUNNAH


SEJARAH PEMIKIRAN PARA INKAR SUNNAH

A.    Pendahuluan
Hadis merupakan sumber hukum kedua dalam penetapan hukum Islam dan merupakan penjelas bagi sumber hukum pertama yaitu Alquran. Akan tetapi ada beberapa kalangan yang menolak dan tidak meyakini hadis atau sunnah sebagai sumber humuk kedua, dan bahkan menolak menolak sunnah sebagai sabagai sember hukum dalam Islam, diantaranya adalah yang menamakan dirinya dengan sebutan Inkarussunnah.
Diantara berbagai bid’ah yang ada didalam Islam atau menisbatkan dirinya kepada Islam adalah bid’ah paham inkarussunnah. Ini adalah satu bid’ah klasik yang sesat lagi menyesatkan. Paham ini mulai muncul pada abad kedua hijriyah. Mereka hendak mengganti syri’at Allah dengan syari’at hawa nafsu yang menapikan Sunnah Rasullah Shallallohu Alaihi wa Sallam dan menafikan ekstensi sahabat.
Berdasarkan pemahaman para inkarussunnah yang menolak sunnah sebagai sumber Islam kedua, perlu suatu pengkajian dan antisipasi agar umat mengatahui, dan tidak terjerumus kepada ajaran bid’ah yang sesat lgi menyesatkan ini.
Didalam makalah ini akan dipaparkan mengenai pengertian dari inkarussunnah, latar belakang munculnya inkarusunnah, dan sumber pemikiran inkarussunnah.

B.     Pengertian Inkar Sunnah
Inkar Sunnah berasal dari bahasa arab yang berarti menolak  hadis Nabi saw. Yaitu mereka adalah orang-orang yang mengaku beriman kepada Alquran (dimulutnya) namun tidak beriman kepada Sunnah; orang-orang yang mengaku mencintai Alquran tetapi tidak tahu bagaimana cara mengaflikasikan kecintaannya kepada Alquran, orang-orang yang mengaku sebagai ahlul Quran tetapi sejatinya mereka justru mengingkari Alquran itu sendri.[1]  Inkar Sunnah sudah ada sejak abad kedua Hijriah, tetapi mereka tidak tidak  pernah menerima penamaan ini bagi diri mereka. Mereka menyebut diri mereka dengan Ahlul Quran, orang Quran dan Jamaah Islam Qurani. Inkar Sunnah ada dua macam, yang menolak seluruh sunnah dan ada juga yang menolak sebagiannya saja. Karena itu Imam ass-Syafii sempat berdialok dengan mereka dizamannya, bahkan sebelum ass-Syafii juga telah muncul orang-orang menolak sebagian sunnah yaitu dari sebagian Khawarij dan Syiah.[2]
Di zaman modern, kelompok Inkar Sunnah muncul dibeberapa belahan Dunia Islam, seperti di Mesir, India, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia kelompok ini menyebut diri mereka dengan sebutan  “Orang Quran”. Di antara tempat pusat kajian mereka adalah Masjid Al-Burhan dan Langgar Menara Air di Jakarta.[3]
C.    Latar Belakang Munculnya Inkar Sunnah
Selain berbagai ajaran dan pemahaman yang membuat para iknar sunnah hanya mau beriman kepada Alquran, dan menerima Alquran saja sebagai satu-satunya kitab sumber syariat, mereka juga mempunyai alasan kenapa menolak Sunnah Rasullah saw, meskipun pengakuan mereka sebetulnya yang mereka tolak adalah hadis-hadis yang di nisbatkan kepada Nabi, sebab hadis-hadis tersebut- menurut mereka-merupakan perkataan yang dikarang oleh orang-orang setelah Nabi. Dengan kata lain ; hadis-hadis itu adalah bautan manusia.
Setidaknya ada Sembilan alasan kenapa mereka menolak hadis-hadis Nabi, yaitu :
1.      Yang dijamin Allah hanya Alquran, bukan Sunnah
2.      Nabi sendiri melarang penulisan Hadis
3.      Hadis baru dibukukan pada abad kedua hijriyah.
4.      Banyak pertentangan antara hadis satu dengan hadis yang lain
5.      Hadis adalah buatan manusia.
6.      Hadis bertentangan dengan Alquran.
7.      Hadis merupakan saduran dari umat lain.
8.      Hadis membuat umat terpecah-belah
9.      Hadis membuat umat Islam mundur dan terbelakang.[4]

D.      Sejarah Inkar Sunnah
Sejarah perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi dua masa, yaitu masa klasik dan masa modern, diantaranya sebagai berikut:
  1. Ingkar Sunnah Klasik
Ingkar Sunnah klasik terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang menolak kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukkum Islam baik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir As-Sunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang yang disebut sebagai ahli tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah, baik muttawatir maupun ahad. Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan Asy-Syafi’i secara panjang lebar dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua argumentasi yang dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i dengan jawaban yang argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga akhirnya ia mengakui dan menerima sunnah Nabi.[5]
Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada tiga kelompok pengingkar sunah yang berhadapan denga Asy-Syafi’i, yaitu sebagai berikut:
  1. Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui Alquran saja yang dapat dijadikan hujjah.
  2. Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.
  3. Hanya menerima sunnah muttawatir seja dan menolak selain muttawatir yakni sunnah ahad.[6]
Kesimpulannya, ingkar sunnah klasik diawali akibat konflik internal umat Islam yang dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik yang berkedok pada sekte-sekte dalam Islam, kemudian diikuti oleh para pendukungnya, dengan cara saling mencari para sahabat dan melemparkan hadis palsu. Penolakan sunnah secara keseluruhan bukan karakteristik umat Islam. Semua umat Islam menerima kehujjahan sunnah. Namun, mereka berbeda dalam memberikan kriteria peresyaratan kualitas sunnah. Ingkar sunnah klasik hanya terdapat di Bahrah Irak karena ketidaktahuannya tentang kedudukan sunnah dalam syari’ah Islam, tetapi setelah diberikan penjelasan akhirnya menerima kehujahannya.[7]
  1. Ingkar Sunnah Modern
Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di Irak (kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad modern di India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah hilang dari peredarannya kurang lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah di Mesir (pada abad 20 M).
Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini ialah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia Islam, terutama di India setelah terjadinya pemberontakan melawan kolonial Inggris 1857 M. Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk perdangkalan ilmu agama dan umum, penyimpangan aqidah melalui pimpinan-pimpinan umat Islam dan tergiurnya mereka terhadap teori-teori Barat untuk memberikan interpretasi hakekat Islam. Seperti yang dilakukan oleh Ciragih Ali, Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh lain yang menghindari hadis-hadis jihad dengan pedang, dengan cara mencela-cela hadis tersebut. Di samping ada usaha dari pihak umat Islam menyatukan berbagai Mazhab hukum Islam, Syafi’i, Hanbali, Hanafi, dan Maliki ke dalam satu bendera yaitu Islam, akan tetapi pengetahuan keislaman mereka kurang mendalam.
  1. Pokok-Pokok Ajaran Ingkar Sunnah
Di antara ajaran-ajaran pokoknya adalah sebagai berikut:
  • Tidak percaya kepada semua hadis Rasulullah. Menurut mereka hadis itu karangan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
  • Dasar hukum Islam hanya Alquran saja.
  • Syahadat mereka; Isyhadu bi anna muslimin.
  • Shalat mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat – dua rakaat dan ada hanya elling saja (ingat).
  • Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalu seorang saja yang melihat bulan, maka dialah yang wajib berpuasa.
  • Haji boleh dilakukan selama 4 bulan haram yaitu Muharram Rajab, Zulqai’dah, dan Zulhijjah.
  • Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu, waktu mengerjakan haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta memakai jas/dasi.
  • Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.
  • Nabi Muhammad tidal berhak menjelaskan tentang ajaran Alquran (kandungan isi Alquran).
  • Orang yang meninggal dunia tidak dishalati karena tidak ada perintah Alquran.
Demikian di antara ajaran pokok ingkar sunnah yang intinya menolak ajaran sunnah yang dibawa Rasulullah dan hanya menerima Alquran saja secara terpotong-potong.[8]

C. Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkarussunnah
  1. 1. Argumentasi Ingkarussunnah
a)      Agama Bersifat Konkret dan Pasti
Mereka berpendapat bahwa agama harus dilandaskan pada suatu hal yang pasti. Apabila kita mengambil dan memakai Sunnah, berarti landasan agama itu tidak pasti. Sementara apabila agama Islam itu bersumber dari hadis –khususnya hadis Ahad- bersifat dhanni (dugaan yang kuat), dan tidak sampai pada peringkat pasti. Karena itu, apabila agama Islam berlandaskan hadis di samping Al-Quran Islam akan bersifat ketidakpastian.[9]
b)      Al-Quran Sudah Lengkap
Dalam syari’at Islam, tidak ada dallil lain, kecuali Al-Quran. Jika kita berpendapat Al-Quran masih memerlukan penjelasan berarti kita secara tegas mendustakan Al-Quran dan kedudukan Al-Quran yang membahas segala hal secara tuntas. Oleh karena itu, dalam syari’at Allah tidak mungkin diambil pegangan lain, kecuali Al-Quran. Argumen ini dipakai oleh Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.[10]
c)      Al-Quran  Tidak Memerlukan Penjelas
Al-Quran tidak memerlukan penjelasan, justru sebaliknya Al-Quran merupakan penjelasan terhadap segala hal. Allah berfirman:
Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Q.S. An-Nahl [16]: 89)
Dan Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan terperinci. (Q.S. Al-An’am [6]: 114)
Ayat-ayat ini dipakai dalil oleh para pengingat Sunnah, baik dulu maupun kini. Mereka menganggap Al-Quran sudah cukup karena memberikan penjelasan terhadap segala masalah. Mereka adalah orang-p\orang yang menolak hadis secara keseluruhan, seperti Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.[11]
2. Bantahan Ulama
Abd Allah bin Mas’ud berpendapat bahwa orang yang menghindari sunnah tidak termasuk orang beriman bahkan dia orang kafir. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai berikut:
“Jika kamu bersembahyang di rumah-rumah kamu dan kamu tinggalkan masjid-masjid kamu, berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu, dan berarti kamu kufur.” (H.R. Abu Dawud :91).
Allah SWT telah menetapkan untuk mentaati Rsul, dan tidak ada alasan dari siapa pun untuk menentang perintah yang diketahui bearsal dari Rasul. Allah telah membuat semua manusia (beriman) merasa butuh kepadanya dalam segala persoalan agama dan memberikan bukti bahwa sunnah menjelaskan setiap makna dari kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah dalam kitabnya. Sunnah Rasul mempunyai tugas yang amat besar, yakni untuk memberikan pemahaman tentang Kitabullah, baik dari segi ayat maupun hukumnya. Orang yang ingin mempedalam pemahaman Al-Quran, ia harus mengetahui hal-hal yang ada dalam sunnah , baik dalam maknanya, penafsiran bentuknya, maupun dalam pelaksanaan hukum-hukumnya. Contoh yang paling baik dalam hal ini adalah masalah ibadah shalat.
Tegasnya setiap agian Sunnah Rasul SAW. Berfungsi menerangkan semua petunjuk maupun perintah yang difirmankan Allah di dalam Al-Quran. Siapa saja yang bersedia menerima apa yang ditetapkan Al-Quran dengan sendirinya harus pula menrima petunjuk-petunjuk Rasul dalam Sunnahnya. Allah sendiri telah memerintahkan untuk selalu taat dan setia kepada keputusan Rasul. Barang siapa tunduk kepada Rasul berarti tunduk kepada Allah, karena Allah jugalah yang menyuruh untuk tunduk kepadaNya. Menerima perintah Allah dan Rasul sama nilainya, keduanya berpangkal kepada sumber yang sama (yaitu Allah SWT). Dengan demikian, jelaslah bahwa menolak atau mengingkari sunnah sama saja dengan menolak ketentuan-ketentuan Al-Quran, karena Al-Quran sendiri yang memerintahkan untuk menerima dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.[12]
E.            Sumber Pemikiran Para Inkar Sunnah
Pada dasarnya, pokok-pokok ajaran dan pemahaman serta pemikiran mereka adalah anti Sunnah Rasullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Segala yang menabrak dan bertentangan dengan Sunnah, itulah paham mereka. Mereka mengakui Alquran dan tidak mengakui Sunnah. Bagi mereka, Sunnah adalah bid’ah yang diada-adakan oleh manusia yang tidak perlu diikuti.
Beberapa ajaran pokok Inkarussannah yang liberal sesat yaitu :
1.        Dasar ajaran Islam hanyalah Alquran karena Alquran sudah lengkap dan sempurna.
2.        Tidak percaya dan menolak seluruh hadis Nabi Saw.
3.        Nabi Muhammad tidak berhak untuk memberikan penjelasan apa pun tentang Alquran
4.        Pakaian ihram boleh dengan celan, baju, jas, dan dasi
5.        Orang yang meninggal tidak wajib dishalatkan karena tidak ada perintah didalam Alquran.
6.        Anggota pengajian-pengajian inkarussunnah dijakarta melaksanakan semua shalat dua-dua rakaat tanpa azan dan iqamah.[13]
Diantara Sumber pemikiran para inkar sunnah dengan sebagaian besar ajaran dan pemahaman dan dengan menggunakan bahasa mereka selain yang diatas, ,[14]  adalah :
1.         Alquan adalah satu-satunya kitab pegangan
Menurut mereka, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mungkin menambah-nambahi apa yang diturunkan Allah kepadanya. Nabi sediri hanya bersandar dan berpegang kepada Alquran Al-Karim. Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman :
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya” ( Al-Kahfi : 27 )
Menurut mereka, dalam ayat ini jelas disebutkan, bahwa Nabi diperintah  oleh Allah untuk hanya membacakan Alquran saja kepada manusia. Tidak membacakan yang lain. Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin, kita harus cukup dengan membaca Alquran saja sebagai kitab pegangan. Sebab, memang hanya Alquranlah yang diturunkan Allah kepada RasulNya. Allah berfirman :
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“ Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya kami Telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” ( Al-Ankabut : 51 )
Jadi menurut mereka, Sunnah Nabi yang terdapat dalam berbagai kitab-kitab hadis tidak perlu bahkan tidak bisa dijadikan sebagai pegangan. Sebab, Allah sendirilah yang menyatakan dan menyuruh agar kita hanya menjadikan Alquran saja sebagai pegangan, tanpa disertai dengan yang lain.
2.         Alquran adalah kebenaran yang pasti dan selain Alquran adalah sangkaan belaka
3.         Yang dimaksud dengan hadis adalah Alquran, bukan yang lain
4.         Wahyu tertulis yang disampaikan kepada Nabi adalah Alquran
5.         Tidak ada yang sama seperti Alquran
6.         Alquran tidak perlu penjelasan selain Alquran
7.         Alquran sudah lengkap, terperinci, dan menjelaskan
8.         Alquran adalah Adz-Dzikir yang diturunkan kepada Nabi
9.         Alquran sudah sempurna dan komprehensif
10.     Alquran adalah ajaran yang lurus ( Shirath mustaqim ). Dan selain Alquran keluar dari jalan yang lurus.
11.     Alquran adalah hikmah
12.     Sunnah Rasul adalah Alquran saja
13.     Rasul hanya diperintahkan untuk menyampaikan Alquran saja
14.     Rasul memperingatkan dan memberi kabar gembira dengan Alquran
15.     Kita diperintahkan untuk mengikuti Alquran saja dan dilarang mengikuti yang lain .
Didalam Alquran, Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tegas memrintahkan kita agar hanya mengikuti Alquran saja, dan melarang kita mengikuti selain Alquran. Allah berfirman didalam Surah al-‘Araf ayat : 3 :
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
“ Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)”.
Ayat diatas sangat jelas, bahwa Allah menyuruh kita untuk mengikuti Alquran saja, dan melarang kita megikuti selain Alquran.
Yang dimaksud pemimpin-pemimpin didalan ayat ini adalah ajaran-ajaran yang dibuat oleh orang-orang yang dianggap sebagai pemimpin oleh kaum mukminin. Padahal sejatinya mereka bukanlah pemimpin, dan ajaran yang mereka buat hanyalah untuk menyaingi Alquran adalah suatu yang diada-adakan. Sebab, Nabi sendiri mengatakan bahwa beliau hanya mengikuti apa yang diwahyukan oleh Allah kepada Beliau yang tidak lain Alquran.[15]
16.     Tidak ada rukun Iman dan Islam
Menurut mereka tidak ada rukun Iman dan Islam didalam agama Islam. Sebab, tidak dalili Alquran yang menyebutkannya.
17.     Bunyi syahadat adalah “Isyahdu bi annana muslimun “
Dalil mereka adalah firmah Allah subhanahu wa Ta’ala, didalam surah Ali Imaran : 64.
فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“ Maka katakanlah, Saksikan oleh kalian bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”.
18.     Tidak ada tata cara khusus dalam shalat
Tata cara sahalat mereka tidak sama dengan kita, karena didalam Alquran tidak ada tuntunannya. Jadi mereke shalat dengan ijtihat sesaat mereka sendiri, bahkan mereka juga tidak membatasi rakaat shalat tertentu. Karena Allah tidak pernah membatasi dan menyuruh hambaNya dengan jumlah rakaat ini.[16]
19.                   Shalat tiga kali sehari
Para inkarussunnah shalat sehari semalam hanya tiga kali, tidak lima kali, karena menurut mereka shalat lima kali sehari semalam syariat buatan manusia, dan syariat Allah hanya tiga kali dengan berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Isra’ : 78 :
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ
 كَانَ مَشْهُودًا
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat”).
Jadi (waktu) shalat mereka yang tiga kali sehari semala, yaitu :
1.        Sesudah matahari tergelincir
2.        Ketika malam sudah gelap

3 komentar:

  1. Assalam,,,
    apakah artikel ini ada kelanjutannya,, sspeetinya adayg terputus.
    mohon untuk diposting kembali yang lengkap dengan rujukannya. ini bagus untuk menambah wawasan tentang tema inkarusunnah.
    jazakallah ahsananl jaza'

    BalasHapus
  2. Thanks,,,, belum tak baca....tapi lumayan lah, buat wacana.. :)

    BalasHapus
  3. Berbagilah terus tentang ilmu Islam. yang penting benar dan ikhlas, insyaalloh mashlahah.

    BalasHapus