BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Ajaran “penyusuan anak” (ar-radhâ’ah) secara
eksplisit dan tegas dikemukakan di dalam Kitab Suci al-Qur’ân dan kemudian
mendapatkan penjelasan dari hadits Nabi SAW. Namun sebagaimana umumnya ayat
dalam al-Qur’ân, ajaran itu masih membuka ruang interpretasi [tafsir]
yang luas. Hampir semua kitab fiqh dari pelbagai madzhab membahas topik ar-radhâ’ah
dalam pasal tersendiri di bawah pembahasan bab “nikâh”. Namun,
pembahasan mereka umumnya berkisar pada dua hal pokok. Pertama, pembahasan
tentang teknis penyusuan yang menyebabkan menjadi mahram (haram
dinikahi). Kedua, pembahasan mengenai hubungan upah
penyusuan di antara pihak-pihak terkait.
- Rumusan Masalah
- Haram Karena Sesusuan Apa Yang Haram Karena Nasab.
- Bilangan dan Bentuk Susuan Yang Dapat Mengharamkan.
- Menyusui Orang Dewasa.
- Wanita Dapat Menjadi Saksi Dalam Hal Susuan.
- Hadiah Kepada Ibu Susuan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Radha’ah
Radha’ah (Penyusuan) dari segi bahasa adalah لمص الثدي وشرب لبنه yaitu perbuatan menghisap Areola Mamma dan meminum susunya.
Adapun dari segi istilah adalah perbuatan yang dilakukan
untuk mendapatkan susu seseorang perempuan atau susu yang masuk kedalam perut
dan mengesani otak seorang anak.
- Hadits-hadits Tentang Radha’ah
a.
Haram Karena Susuan Apa-apa Yang Haram Karena
Hubungan Nasab
عن ابن
عباس ر.ض أن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أريد على ابنة حمزة.
فقال" إنهالاتحل لي إنها ابنة أخي من الرَّضَاعَةِ, ويحرم من الرَّضَاعَةِ ما
يحرم من النسب.(متفق عليه)
Dari Ibnu Abbas R.A.
bahwasanya aku kehendaki agar Nabi SAW melamar anak perempuan Hamzah, lalu
beliau bersabda: Sesungguhnya dia tidak halal untuk aku, sesungguhnya dia anak
perempuan saudaraku sesusuan. Apa-apa yang diharamkan sebab nasab diharamkan
juga sebab penyusuan. (Muttafaqun Alaih)
عن أم
حبيبة بنت أبي سفيان قالت دخل علي رسول الله صلى الله عليه و سلم فقلت له هل لك في
أختي بنت أبي سفيان ؟ فقال أفعل ماذا ؟ قلت تنكحها قال أو تحبين ذلك ؟ قلت لست لك
بمخلية وأحب من شركني في الخير أختي قال فإنها لا تحل لي قلت فإني أخبرت أنك تخطب
درة بنت أبي سلمة قال بنت أم سلمة ؟ قلت نعم قال لو أنها لم تكن ربيبتي في حجري ما
حلت لي إنها ابنة أخي من الرضاعة أرضعتني وأباها ثويبة فلا تعرضن علي بناتكن ولا
أخواتكن. (رواه مسلم)
Dari Ummu Habibah binti
Abu Sufyan RA, dia berkata,” Rasulullah SAW masuk kerumahku , lalu aku bertanya
kepada beliau, “apakah engkau berminat terhadap saudariku, binti Sufyan?” lalu
beliau bertanya, “apa yang akan aku lakukan?”, Ummu Habibah berkata, “Ya engkau
nikahi!”, beliau bertanya, “engkau senang hal itu?”, Ummu Habibah berkata,”aku
tidak berbasa-basi dengan engkau, dan aku lebih senang jika orang yang
bersamaku dalam kebaikan adalah saudara perempuanku sendiri.” beliau berkata,
“Dia tidak halal aku nikahi.” Aku (Ummu Habibah) berkata, “aku mendengar kabar
bahwa engkau melamar Durrah binti Abu Salamah.” Rasulullah SAW menjawab, “Putri
Abu Salamah?.” Aku katakan, “Ya.” beliau berkata, “Seandainya dia bukan anak
tiriku yang berada dalam asuhanku, maka ditetap tidak halal aku nikahi, karna dia
adalah putri saudara laki-lakiku dari hubungan susuan. Tsuwaibah pernah
menyusuiku dan ayah Durrah. oleh karna itu janganlah kalian menawarkan
anak-anak perempuan kalian dan saudara-saudara perempuan kalian!.”
عن
عائشة ر.ض أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
عِنْدَهَا وَأَنَّهَا سَمِعَتْ صَوْتَ رَجُلٍ يَسْتَأْذِنُ فِي بَيْتِ حَفْصَةَ
قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا رَجُلٌ يَسْتَأْذِنُ فِي بَيْتِكَ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرَاهُ فُلانًا لِعَمِّ
حَفْصَةَ مِنْ الرَّضَاعَةِ قَالَتْ عَائِشَةُ لَوْ كَانَ فُلانٌ حَيًّا
لِعَمِّهَا مِنْ الرَّضَاعَةِ دَخَلَ عَلَيَّ فَقَالَ نَعَمْ الرَّضَاعَةُ تُحَرِّمُ
مَا تُحَرِّمُ الْوِلادَة ُ(رواه البخاري)
Dari Aisyah RA, bahwa suatu ketika
Rasulullah berada dirumah Aisyah. Saat itu Aisyah mendengar suara laki-laki
yang meminta izin masuk kerumah Hafshah. Aisyah berkata , “Ya Rasulullah!
laki-laki itu meminta izin kerumah engkau .” lalu beliau menjawab, “aku lihat
dia adalah anak si fulan, (anak paman Hafshah dari saudara susuan)”. kata
Aisyah,” aku berkata, “wahai Rasulullah! seandainya fulan hidup (paman Aisyah
dari saudaran susuan) apakah dia boleh masuk kerumahku?” beliau menjawab, “ Ya
boleh, karna susuan itu menyebabkan mahram sebagaimana hubungan kelahiran.”
عن
عائشة قالت جاء عمي من الرضاعة يستأذن علي فأبيت أن آذن له حتى أستأمر رسول الله
صلى الله عليه و سلم فلما جاء رسول الله صلى الله عليه و سلم قلت إن عمي من
الرضاعة استأذن علي فأبيت أن آذن له فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم: فليلج
عليك عمك قلت إنما أرضعتني المرأة ولم يرضعني الرجل قال إنه عمك فليلج عليك (رواه
مسلم)
Dari
Aisyah bahwasanya dia berkata, “Pamanku dari susuan datang, lalu meminta izin
masuk kerumahku, namun aku tidak memberi izin kepadanya, sehingga aku mohon
petunjuk kepada Rasulullah SAW, tatkala Rasulullah SAW datang aku kabarkanlah
kepadanya sesungguhnya pamanku dari hubungan susuan telah minta izin untuk
masuk kerumahku, namun aku tidak mengizinkannya.” lalu Rasulullah bersabda,
“Persilakanlah pamanmu masuk kerumahmu!” aku tanyakan “tapi yang menyusuiku
adalah perempuan bukan laki-laki?.” beliau bersabda. “Dia adalah pamanmu
persilakanlah dia masuk kerumahmu.”.(Riwayat Muslim)
وعنها رضي الله عنها: " أن أفلح (أخا أبي القعيس)جاءيستأذن عليها بعدالحجاب،
قالت:فأبيت أن أذن له, فلماجاء رسول الله صلى الله عليه وسلم أخبرته بالذي صنعته
فأمرني أن أذن له علي، وقال: إنه عمُّك"
Dari Aisyah R.A, dia berkata bahwasanya Aflah saudara
qhais datang minta izin pada Aisyah setelah perintah hijab, ia berkata “ lalu
saya tidak memberi izin”, Ketika Rasulullah SAW datang saya beritahu perbuatan
saya tadi. Beliau memerintahkan agar aku membari izin padanya untuk masuk. dan
beliau bersabda: Dia adalah pamanmu (sesusuan).
Dari beberapa hadis diatas dapat diambil istimbat hukum
bahwa orang-orang yang diharamkam karna susuan ada tujuh orang yakni:
1. Ibu susuan.
2. Saudara
perempuan susuan.
3. Anak
perempuan.
4. Saudara dari
ayah susuan.
5. Saudara
perempuan dari ibu.
6. Anak
perempuan dari saudara laki-laki.
7. Anak
perempuan dari saudara perempuan.
ٍ
Selain itu juga dari keterangan hadi diatas menunjukkan
bahwa kerabat-kerabat ibu susu menjadi kerabat bagi anak susuannya. Akan tatapi kerabat anak susuan tidak
menjadi kerabat bagi ibu susuan.
b.
Bilangan dan Bentuk
Susuan yang Dapat Mengharamkan
عن
عائشة الله ر.ض قالت:قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: لا تحرم المصة أو المصتان
(رواه مسلم)
Dari
Aisyah Mengatakan bahwa?.” Nabi SAW bersabda: “ Sekali susuan atau dua kali
susuan atau sekali hisapan dan Dua kali Hisapan tidaklah menjadikan
mahram.”(Riwayat Muslim)
عن أم
الفضل قالت دخل أعرابي على نبي الله صلى الله عليه و سلم وهو في بيتي فقال يا نبي
الله إني كانت لي امرأة فتزوجت عليها أخرى فزعمت امرأتي الأولى أنها أرضعت امرأتي
الحدثي رضعة أو رضعتين فقال نبي الله صلى الله عليه و سلم : لا تحرم الإملاجة
والإملاجتان (رواه مسلم)
Dari
Ummu Fadhl Mengatakan bahwa “Seorang Arab pedalaman datang kepada Nabi yang
ketika itu beliau ada dirumahku, lalu orang itu berkata, “Wahai Nabi! Saya
mempunyai seorang isteri, lalu saya menikah lagi. Kemudian Isteriku yang
meyakini bahwa dia pernah menyusui isteriku yang muda dengan sekali atau dua
kali susuan?.” Nabi SAW bersabda: “
Sekali hisapan dan Dua kali Hisapan tidaklah menjadikan mahram.”(Riwayat
Muslim)
عن
عائشة أنها قالت كان فيما أنزل من القرآن عشر رضعات معلومات يحرمن ثم نسخن بخمس
معلومات فتوفي رسول الله صلى الله عليه و سلم وهن فيما يقرأ من القرآن (رواه مسلم)
Aisyah
RA berkata, semua susuan yang menyebabkan kemuhriman adalah sepuluh kali susuan
seperti yang tersebut di sebagian ayat Al Qur’an . kemudian dinasakh menjadi lima susuan oleh ayat Al
Qur’an. Setelah itu Rasulullah wafat dan ayat-ayat Al Qur’an tetap dibaca
seperti itu.” (Riwayat Muslim).
عن ابن مسعود ر.ض
قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم " لارضاع إلاماانشزالعظم,وأنبت
اللحم"( أخرجه أبوداود)
Dari
Ibnu Mas’ud R.A, dia berkata: Tida penyusuan yang dapat mengharamkan kecuali
penyusuan yang menguatkan tulang dan menumbuhkan daging. (Riwayat Abu Dawud)
وعن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم دخـل عليها وعندها
رجل، فتغيّر وجـه النبي صلى الله عليه وسـلم فقالت:( يا رسول الله إنه أخي من
الرضـاعة، فقال: انظـُرنَ مَنْ إخوانكن فإنما الرضاعة من المجاعة)] متفق عليه [.
Dari Aisyah R.A, dia berkata: lihatlah
saudara-saudaramu (sesusuan), sebab sesusuan itu dari rasa lapar. (Muttafaq
Alaih)
وعن أم سـلمة رضي الله عنها قالت: قال رسول الله صـلى
الله عليه وسلم:
لا يحرم من الرضـاعة إلا ما فتق الأمعـاء في الثدي وكان قبل الفطام. (رواه
الترمذي وصححه
هو والحاكم)
Dari Ummu Salamah R.A, dia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidak haram sesusuan kecuali masuk pada usus,
dan anak belum disapih. (Riwayat Tirmidzi. Di sahihkannya bersama Hakim)
عن زياد السهمي قال: نهى رسول
الله صـلى الله عليه وسلم أن تسترضع الحمقى,( أخرجه أبوداود, وهومرسل, وليست
لزيادة صحبة)
Dari Ziyad Assahmi, dia
berkata: Rasulullah SAW melarang meminta kepada perempuan yang bodoh untuk
menyusui. ( Riwayat Abu Dawud.
Hadits ini Mursal karena Ziyad bukan Sahabat)
dari beberapa hadis diatas ada beberapa hal yang dapat
kita garis bawahi, antara lain adalah:
1. bahwa sekali atau dua
kali hisapan atau susuan tidaklah mengakibatkan terjadinya mahram.
2. Kedua yang mengakibatkan Mahram adalah tiga
kali hisapan atau susuan. ini berdasarkan hadis yang disampaikan Ummu Fadhl,
dan pendapat ini adalah dari Abu Tsaur, Ibnu Munzir, dan Daud serta Ahmad dalam
suatu riwayat lain.
3. Bahwa yang dapat mengakibatkan Mahram adalah
lima kali Susuan keatas, karena itu merupakan batas rasa lapar bagi bayi. ini
yang dikemukakan beberapa Ulama dikalangan Sahabat seperti, Ibnu Mas’ud, Ibnu
Zubair, Atha’, dan Thawus, serta ulama Mazhab Yaittu Asy-Syafi’I, dan Ahmad.
ini berdasarkan apa yang disampaikan oleh Aisyah.
Dan Bahwa penyusuan yang mengharamkan juga
harus masuk ke usus dan dapat menguatkan tulang.
4. Anak tidak boleh disusukan pada perempuan
yang kurang cerdas.
c.
Menyusui Orang
Dewasa
عن
عائشة ر.ض قالت:جأت سهلة ابنة سهيل,فقالت:
يا رسول الله, إن سالما مولى أبي حذيفة معنا في بيتنا, قد بلغ ما يبلغ
الرجال وعقل ماعقلوا وإنه يدخل علينا وإن أظن أن في نفس أبي حذيفة من ذلك شيئا
فقال لها النبي صلى الله عليه و سلم أرضعيه تحرمي عليه ويذهب الذي في نفس أبي
حذيفة فرجعت فقالت إني قد أرضعته فذهب الذي في نفس أبي حذيفة (رواه مسلم)
Dari
Aisyah R.A, berkata: Bahwa salim maula Abu Huzaifah pernah berada bersama Abu
Huzaifah dan keluarganya dirumah mereka. lalu datanglah Sahlah bin Suahail
(isteri Abu Huzaifah) kepada Nabi SAW, kemudian ia berkata, sesungguhnya Salim
telah mencapai usia dewasa, dan saya mengira Abu Huzaifah merasa tidak enak
(agak cemburu) kalau Salim masuk kerumah kami.” Maka Nabi SAW berkata kepada
SAhlah, “Susuilah dia agar kamu menjadi mahram baginya, sehingga Abu Huzaifah
tidak lagi merasa cemburu.” kemudian Sahlah bin Suhail pulang menemui Abu
Huzaifah, dan ia berkata , “Sesungguhnya saya telah menyusui Salim.” lalu
hilanglah kekhawatiran Abu Huzaifah.” (Riwayat Muslim).
عن زينب بنت أبي سلمة أخبرته أن أمها أم سلمة زوج
النبي صلى الله عليه و سلم كانت تقول أبي سائر أزواج النبي صلى الله عليه و سلم أن
يدخلن عليهن أحدا بتلك الرضاعة وقلن لعائشة والله مانرى هذا إلا رخصة أرخصها رسول
الله صلى الله عليه و سلم لسالم خاصة فما هو بداخل علينا أحد بهذه الرضاعة ولا
رائينا(رواه مسلم)
Dari
Zainab binti Ummu Salamah, Bahwa ibunya, yakni Ummu Salamah (isteri Nabi SAW)
berkata, “ semua isteri-isteri Nabi menolak untuk memasukkan Laki-laki yang
pernah mereka susui pada usia dewasa kedalam rumah mereka. mereka mengatakan
kepada Aisyah, Demi Allah! apa yang berhak kepada Salim dengan Sahlah tersebut
hanyalah Dispensasi yang diberikan Rasulullah, SAW khusus untuk Salim, sehingga
laki-laki yang pernah kita susui pada usia dewasa seperti itu tidak boleh masuk
kerumah kita dan kita tidak boleh melihatnya.” (Riwayat Muslim).
Hadis yang pertama menyatakan bahwa menyusui orang dewasa
mengakibatkan mahram antara orang yang menyusui dengan orang yang disusui, dan
hadis ini mencapai tingkat Mutawatir. akan tetapi Jumhur Ulama berpendapat
bahwa hukum susuan hanya hanya mengenai anak yang masih kecil. Tentang hadis ini hanya berlaku pada mereka saja,
yakni Salim dan Sahlah. Sebagaimana keterangan yang disampaikan Aisyah dalam
hadis kedua dari pembahasan ini. Hal yang senada juga di kemukakan oleh Ibnu
Taimyah, dan dikuatkan oleh Asy-Syaukani.
Pendapat Jumhur adalah lebih relevan karna ada
beberapa hadis yang mendukung pendapat ini antara lain:
َعَنِ
اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قال النبي صلي الله عليه وسلم
{لَارَضَاعَ إِلَّا فِي اَلْحَوْلَيْنِ } رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ وَابْنُ
عَدِيٍّ مَرْفُوعًا وَمَوْقُوفًا, وَرَجَّحَا اَلْمَوْقُوفَ
“Ibnu
Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: nabi SAW besabda: “Tidak ada penyusuan
kecuali dalam dua tahun.” Hadits marfu' dan mauquf (riwayat Daruquthni dan Ibnu
'Adiy.) Namun mereka lebih menilainya mauquf.
d.
Wanita Dapat Menjadi Saksi Dalam Hal Susuan
عن عقبة بن الحارث أنه تزوج أم يحيى بنت أبي إهاب, فجأت امرأة
فقالت: لقد أرضعتكما, فسأل النبي صلى الله عليه
وسلم, فقال: كيف وقد قيل ففارقها عقبة, فنكحت زوجاغيرهز(أخرجه البخاري)
Dari
Uqbah bin Harits, bahwasanya dia mengawini Ummu Yahya binti Abu Ilhab. lalu ada
seorang perempuan datang dan berkata: Saya betul-betul menyusui kamu berdua.
lalu saya bertanya kepada Nabi SAW, beliau menjawab: bagaimana lagi sudah ada
orang berkata. Lalu Uqbah menceraikannya, dan Ummu Yahya kawin dengan lelaki
lain. (Riwayat Bukhari)
Hadis ini menyatakan bahwa kesaksian seoarng wanita tetang
susuan dapat diterima dan wajib diamalkan ini diriwaytkan dari Usman, ibnu
Abbas, Az-Zuhri, Al-Hasan, Ishaq, Al-Auza’I, Ahmad dan Abu Ubaid. diriwayatkan
dari golongan Syafi’iyah dan Hanafiyah bahwa kita wajib mengamalkan persangkaan
dalam masalah nikah. walaupun menerima kesaksian seorang wanita dalam masalah
Radha’ah, berlawanan dengan maslah biasa akan tetapi kita harus menerimanya
karna telah ada nash yang khusus.
e. Hadiah Kepada Ibu Susuan
عن حجاج بن حجاج عن أبيه قال : قلت يارسول الله ما
يذهب عني مذمة ( يريد ذمام الرضاع وحقه ) الرضاعة ؟ قال " الغرة العبد أو
الأمة " قال النفيلي حجاج بن حجاج الأسلمي وهذا لفظه ضعيف (رواه أبو داود)
Diriwayatkan
dari Al-hajjaj ibn hajjaj ibnu Malik ibn Aslami, dia berkata bahwa saya
bertanya kepada Rasulullah “apakah kiranya yang dapat membalas budi sebagai
rasa tanggung jawabku terhadap ibu susuanku?.” Nabi SAW menjawab, “
menghadiahkan seoarng budak laki-laki atau budak perempuan.”(riwayat Abu Daud)
Dari hadis ini diterangkan bahwa memberikan hadiah diluar
upah kepada ibu susuan sebagai ungkapan terima kasih adalah dianjurkan, dan ini
telah menjadi kebiasaan bagi orang-orang terdahulu.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
- Abu Daud al-Sajistani al-azdi, Sulaiman bin ‘Asy’ats. Kitab Sunan Abu Daud, Cairo: Dar al-Fikr, T.t.
- Al Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy. Shahih Bukhari, juz. 5 Damaskus: Dar Ibnu katsir, 1987.
- Ash-Shiddieqy, T.M. Sabih. Koleksi Hadis-hadis Hukum, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001.
- Asqalani, Ibnu Hajar. Bulughul Maram Min Jam’i Adillati Al-Ahkam, Cairo: Dar Al-Hadis, 2003.
- Musthofa, Dkk., Kitab Fiqh Mazhab Syafi’I, Kuala Lumpur: Pustaka Salam SDN BHD, 2005.
- Muslim bin Hujaj abu Husein al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, jilid 2. Beirut: Dar al-Ihya’ al-Turats al-Araby, t.t,.
Maa syaa Allah terimakasih sangat sangat membantu
BalasHapus